Langsung ke konten utama

Postingan

Filsafat I

Falsafah Puasa

Assalamualaikum sahabat blogger , berceritaku kepada tentang senandung retorika insan ihsan akal yang tak selamanya merepresentasikan ihsan budinya, insan yang tak selamanya cukup merefleksikan antara keduanya. Cukupkah dengan akal? atau hanya budi yang menghantarkan manusia kepada kebahagiaan nyata walaupun bersifat transedental ? sudah lah... aku cukupkan dengan perenungan kebahagiaan utopis supaya tabir hidup tak terjebak dalam simpangan duniawi, materialis, hedonis. Apalah makna hidup jika tiada yang urung terkendali tanpa melampaui diri dengan perenenungan itu. Celakalah aku jika tidak melampauinya, lampuan yang tidak aku lampaui apabila tidak dengan bantuan bulan suci itu, sucinya bagai melihat mata air yang sangat jernih dalam pandangan, biru dalam imajinasi, putih dalam ruh manusia. Namun bulan itu hanya satu kali dalam satu tahun. Aku akan memulai menjabarkan kepada kalian bagaimana cara menyentuhnya, bersabar menjamahnya kemudian, aku buka setiap sisi sudut panoramany

Postingan Terbaru

Filsafat Cinta - Jalaluddin Rumi (1)